(Cerita sebelumnya)
Katanya begini, sekian menit setelah kereta berjalan, darah merembes membasahi pakaian Sisca. Matanya memejam, napasnya tersengal. Pria di sebelahnya panik dan langsung berteriak mencari penumpang yang berprofesi dokter.
“Nggak usah re..repot, Pak. Sa..saya nggak butuh per..tolongan.” Sisca berbicara terbata-bata. Senyumnya lebar.
Namun orang-orang tetap panik dan beberapa orang yang berprofesi dokter mulai berdatangan. Kondektur dipanggil. Masinis dihubungi. Akhirnya kereta diberhentikan di stasiun terdekat dan Sisca dibawa ke rumah sakit terdekat. Kondisinya semakin parah. Napasnya semakin lemah. Namun senyumnya tak lepas sedikitpun dari wajahnya.
“Nggak per..perlu ke rumah sa..kit.” suara Sisca melemah. “Sa..saya udah siap bi..lang iya atas la..lamaran Tuhan, se..bentar lagi.”
Lalu jantungnya berhenti berdetak.
Di sini, dalam hati, tangisku meledak.
*
#13HariNgeblogFF Hari ke-9
kereeenn… 😀
Yeay! ;D