Bangunkan aku pukul tujuh.
Aku tersentak dari tidur lelapku. Aku membuka mata dan berusaha mengenali sekelilingku. Gerbong kereta, para penumpang, udara dingin dan derit kereta yang beradu dengan rel. Anggi masih tertidur lelap di sampingku dengan kepala yang bersandar pada bahuku.
Bangunkan aku pukul tujuh.
Suara itu muncul lagi disertai sekelebat bayangan Sisca yang kemudian luruh menjadi airmata. Pukul tujuh, Sisca, janji. Aku mengkhayalkan Sisca untuk sejenak. Apa aku masih memiliki janji kepada Sisca yang belum kutepati?
Aku membuka ponsel, mengetikkan pesan ‘bangunkan aku pukul tujuh’. Menimbang-nimbang sedetik lalu mengirimkan pesan itu. Entah siapa yang akan membuka ponsel Sisca sekarang. Entah siapa yang akan menyampaikan pesanku kepada orang yang sudah meninggal.
*
#13HariNgeblogFF Hari ke-10