Lima tahun yang lalu, ketika aku tidak tahu bahwa hal ini akan terjadi, aku telah berjanji untuk menjaganya. Menjaga bangunan ini sebagaimana adanya, seperti ketika pertama kali dia memasuki pintu ruangan ini. Aku berjanji untuk tidak mengubah apapun yang ada di sini. Dia suka hal-hal klasik dan asli. Seperti yang kuduga, ia merasa nyaman semudah aku membalikkan telapak tangan.
Beberapa saat yang lalu, dia memanggilku kemari, bertanya macam-macam dan aku mengatakan bahwa aku tidak tahu menahu tentang proyek yang sedang kami perdebatkan. Aku bilang, ini di luar kewenanganku. Bahkan, entah bagaimana, dia yang lebih dulu tahu. Dia yang memberitahuku. To the point seperti ini.
“Kamu bilang kamu akan menjaga gedung ini, tempat tinggalku. Mana buktinya?” Suaranya meninggi. Berkali-kali aku telah mengatakan kebenaran dan dia menganggapnya sebagai ketidakpedulian. Luar biasa.
“Ini di luar dugaan. Aku nggak menyangka, pemerintah akhirnya melirik gedung ini. Padahal selama ini aku….”
“Aku tidak peduli! Pokoknya aku tidak mau gedung ini sampai diruntuhkan. Dan itu tanggung jawab kamu!” Telunjuknya tepat mengarah ke hidungku.
“Tapi…”
“Yang tinggal di sini bukan hanya aku,” suaranya terdengar dari ruangan sebelah. “Apa aku harus mencari tempat tinggal yang baru? Hah?” Dia mendekatiku lagi dalam sekejap. “Atau aku biarkan saja mereka berkeliaran dan mengganggu orang-orang?” Tatapan matanya seolah-olah berkata jangan-main-main-dengan-kami. Tangannya mencengkeram kerah kemejaku.
“Aku…”
Aku hendak membela diri, tapi…
Buk!
Aku terbangun. Kepalaku seperti dikelilingi tiga ekor burung yang terbang berputar-putar. Pusing. Aku mengingat-ingat yang baru saja terjadi.
“Ah, ya. Mimpi itu datang lagi. Tapi…” aku meraba pipiku yang terasa perih. Gigiku, ah. “Jangan-jangan, setan-setan gedung tua itu mulai pindah ke rumah ini? Oh, sial.”
*
Tulisan ini untuk menjawab tantangan #kliping dari Jia Effendie. Info di sini.
Wogh… setannya ngamuk T.T
Aku belum nyari kliping sama sekali nih. AHiks T.T
Haha.. Iya, pada nggak rela kalo digusur dari sana. 😀
Aku aja dapet korannya pas duduk-duduk di warung kopi. Kebetulan, jadi nggak perlu beli koran. 🙂
mantaaap!
semoga menang ya, Mbak Komang :’)
Semogaaa. Makasi, makasii. 🙂
Keren!
Yoi! 😀