“Pergiii…!”
Selalu begitu. Bahkan setelah sekian tahun kami hidup bersama, Lina masih tidak mau tidur seranjang denganku.
“Oke, oke. Aku tidur di sofa. Tapi kamu harus tenang dulu.”
Aku membelai rambutnya tetapi ia mengelak, berlari ke sudut kamar sambil memeluk Teddy Bear seukuran tubuhnya. Boneka yang lebih bisa memberinya kepuasan, dibanding aku.
“Keluar..!”
*
Pukul 12.30 tengah malam, dengkuran halus Lina mulai terdengar. Bahkan setelah sekian tahun kami hidup bersama, aku terus melakukan ini. Berjalan pelan sambil menanggalkan satu persatu pakaianku. Menjauhkan Teddy Bear kesayangannya agar aku dapat menyelinap ke dalam pelukannya.
“Kamu harus sembuh, Sayang. I love you.” Bisikku lirih.
***
Duh, miris 😦
ouch.. 😐