“24 x 60 x 60.”
Ruli mendorong kotak kardus tersebut kembali ke bawah meja belajar. Meletakkan penggaris. Beranjak ke rak buku di sisi kamar yang lain. Menarik lagi kotak kardus lain. Diukurnya lagi panjang, lebar, dan tinggi kotak kardus tersebut.
“24 x 60 x 60.”
Lalu ia mengitari kamarnya. Mencari kotak kardus yang lain.
Kegiatan ini akan berlangsung sampai petang. Berhenti untuk sebentar saja. Karena setelah mandi, makan malam, dan merapikan beberapa barang di bagian rumah yang lain selain kamarnya–yang ini ia lakukan berkali-kali pula–Ruli akan kembali menyibukkan diri dengan penggaris dan kardus kesayangannya.
Keesokan paginya, ia sibuk mengukur kardusnya lagi, memastikan bahwa kardus tersebut masih berukuran 24 x 60 x 60.
“24 x 60 x 60.” gumamnya
“Kamu sudah mengukur kardus itu berkali-kali berhari-hari, Nak.” Aku tak tahan.
Ruli diam.
“Ukurannya tidak akan berubah, jadi kamu tak perlu terus-terusan mengukurnya.” Aku menunduk. Malu. Merasa kalah oleh seorang anak yang bahkan belum fasih berkata-kata. Bisa kudengar Ruli masih sibuk dengan kegiatannya. Aku memutuskan untuk menjauh. Sambil memikirkan apa yang bisa aku lakukan untuk menarik perhatian Ruli.
Ah, tentu saja!
Lalu kuambil barang-barang dan meletakkan barang-barang itu tidak pada tempatnya.
***
Autis??
Sepertinya memang tentang anak autis yang asyik dengan dunianya sendiri… | Cerita istrinya tokoh yang -mungkin- berselingkuh sedikit membingungkan. Kalimat si istri seolah ditujukan juga buatku : Aku nggak bakal mengerti (kalau nggak dijelaskan).
š
Kamu memilih judul ini aja udah unik. Apalagi mengarahkannya ke arah itu š
Nice.
Makasih udah ikutan, Dew.