Membicarakan hukum karma berarti membicarakan kesalahan yang pernah kita perbuat. Sama halnya dengan membicarakan kondisi sakit yang berarti membicarakan kue-kue manis yang sebelumnya kita habiskan tanpa berpikir panjang. Ada hal-hal yang tadinya kita pikir baik-baik saja, padahal kenyataannya hal-hal tersebut tidak sebaik kelihatannya. Apa yang dulu menutup mata kita dari kesadaran sederhana semacam itu?
Membicarakan hukum karma artinya mengakui bahwa kita lemah. Ada kekuatan di luar diri yang turut mengendalikan kehidupan kita di masa yang akan datang (sebenarnya kita sendiri yang mengendalikan masa depan dari masa lalu, namun seringnya kita lupa atau pura-pura lupa, entah), yang baru kita sadari belakangan. Dan ketika kekuatan itu benar-benar bekerja lalu mengganggu kehidupan kita kini yang sedang baik-baik saja, apa yang lebih baik dilakukan selain belajar menikmatinya?
Membicarakan hukum karma berarti mengetahui bahwa semesta bukannya tidak adil, melainkan hanya sedang melaksanakan tugasnya. Baik untuk yang baik. Buruk untuk yang buruk. Tepat sesuai tempatnya. Tidak ada buah yang tumbuh pada pohon yang salah. Seperti, tidak ada anak kucing yang lahir dari induk yang anjing. Apa yang bisa didebat dari keyakinan yang demikian kuat?
Membicarakan hukum karma berarti diam di tempat, sejenak atau beberapa jenak, lalu berpikir ulang. Menanyakan sesuatu yang mungkin luput di masa lalu tetapi jangan sampai luput di masa sekarang.
Bagian mana dari hukum karma yang belum kita mengerti?
*
Pasrahkan semua kegiatan kerjamu kepada-Ku, dengan pikiran terpusat pada sang atman, bebas dari nafsu keinginan dan ke-akuan, berperanglah, enyahkan rasa gentarmu itu.
(Bhagawadgita, III-30)
tidak hanya soal kesalahan, tapi juga kebajikan yang sudah diperbuat. 😊 🙏