Barangkali benar bahwa manusia memang tidak pernah puas. Sudah hidup nyaman, muncul propaganda ‘kalau mau sukses, keluarlah dari zona nyaman’. Seolah-olah kesuksesan itu tidak boleh dicapai dalam situasi nyaman.
Sudah hidup bahagia dan merasa sehat, muncul propaganda diet dengan berbagai cara. Seolah-olah sehat itu berarti tidak boleh makan apa saja.
Sudah bisa memenuhi kebutuhan dasar hidup berupa sandang, pangan, papan, masih saja berebut ‘rejeki’ dengan orang lain. Seolah-olah, si pemberi rejeki menginginkan kita berebutan untuk mendapat bagian.
Termasuk saya. Sudah kurus dan merasa sehat dan bahagia makan sate kambing dan nasi be guling, tiba-tiba memutuskan untuk mengurangi makan daging. Sudah kurus dan bahagia menyarap nasi, muncul keinginan untuk mencoba sarapan buah-buahan demi mengurangi komsumsi nasi yang katanya bisa bikin diabetes. Sudah bahagia dengan makan pepaya, pisang, mangga lalu muncul keinginan untuk makan kiwi atau ceri. Sudah olahraga lari seminggu sekali, masih berkeinginan ikut senam seminggu tiga kali.
(Yang paling penting, sudah punya seratus buku belum terbaca, masih terus belanja buku yang entah kapan akan dibacanya.)
Kenapa, ya, manusia tidak bisa merasa cukup dengan hidup yang biasa-biasa saja? Padahal ujung-ujungnya, ya, mati juga.
***
Rasa gak puas dan ingin merasa lebih dari yang lain pasti ada.. bedanya ada yang bisa mengatur membatasi, ada yang tidak.. hehe
Kak, padahal sukses bisa jadi punya parameter yang beda-beda tiap orang, ya 😀