[Flash Fiction] 24 x 60 x 60

“24 x 60 x 60.”

Ruli mendorong kotak kardus tersebut kembali ke bawah meja belajar. Meletakkan penggaris. Beranjak ke rak buku di sisi kamar yang lain. Menarik lagi kotak kardus lain. Diukurnya lagi panjang, lebar, dan tinggi kotak kardus tersebut.

“24 x 60 x 60.”

Lalu ia mengitari kamarnya. Mencari kotak kardus yang lain.

Kegiatan ini akan berlangsung sampai petang. Berhenti untuk sebentar saja. Karena setelah mandi, makan malam, dan merapikan beberapa barang di bagian rumah yang lain selain kamarnya–yang ini ia lakukan berkali-kali pula–Ruli akan kembali menyibukkan diri dengan penggaris dan kardus kesayangannya.

Keesokan paginya, ia sibuk mengukur kardusnya lagi, memastikan bahwa kardus tersebut masih berukuran 24 x 60 x 60.

“24 x 60 x 60.” gumamnya

“Kamu sudah mengukur kardus itu berkali-kali berhari-hari, Nak.” Aku tak tahan.

Ruli diam.

“Ukurannya tidak akan berubah, jadi kamu tak perlu terus-terusan mengukurnya.” Aku menunduk. Malu. Merasa kalah oleh seorang anak yang bahkan belum fasih berkata-kata. Bisa kudengar Ruli masih sibuk dengan kegiatannya. Aku memutuskan untuk menjauh. Sambil memikirkan apa yang bisa aku lakukan untuk menarik perhatian Ruli.

Ah, tentu saja!

Lalu kuambil barang-barang dan meletakkan barang-barang itu tidak pada tempatnya.

***

Kumpulan Cerpen #1435Karakter

#1435Karakter adalah proyek kedua dari Thumbstory yang saya ikuti. Proyek menulis kali ini bertema Ramadan, dan yang membuat saya tertantang adalah jumlah karakternya. Cuma 1435. Karakter. Dan 1435 karakter itu hanya sekitar 150 kata. Bagaimana membuat cerita sepanjang 1435 karakter tetapi tetap memenuhi unsur-unsur cerita? Saya pikir, kebanyakan orang seperti saya. Kesulitan membuat cerita sependek itu. Ternyata, dugaan saya salah. Ada sekitar 300 lebih cerita pendek (banget) yang di-submit pengguna aplikasi Thumbstory. Selayaknya kontes, #1435Karakter ini juga mencari tiga orang pemenang. Selain itu, 25 cerita terpilih akan dibukukan dalam e-book kumpulan cerita untuk kemudian dibagikan gratis.

Ada yang belum punya e-booknya? Silakan baca di sini.

Picture1

Ada satu cerita saya di sana, lho. ^^ #Penting

Picture2

 

Saya sendiri sudah membaca e-book #1435karakter ini dan saya mendapat banyak kejutan di dalamnya.

Hal-hal yang identik dengan Ramadan dan Lebaran akan banyak kita temui di kumcer ini. Ya iyalah. Hal meminta maaf, seperti yang diceritakan oleh BenefitaIntan dalam cerita berjudul Jadi Waktu Itu. Kata Benefita, meminta maaf itu semudah menghapus draft obrolan yang isinya membela diri lalu menggantinya dengan kata-kata maaf.

Hal identik lainnya terkait Ramadan adalah rutinitas pulang (baik ke kampung halaman atau juga ke sisi-Nya). Yang unik, ada tiga cerita berjudul sama: Pulang. *tepuk tangan* menandakan betapa Ramadan mengingatkan kita akan rumah, suatu tempat yang menjadi tujuan kita pulang dan menghabiskan waktu-waktu menyenangkan dengan orang-orang terdekat. Lama tak pulang? Yuk, baca cerita mereka tentang pulang. Barangkali bisa sedikit mengobati rindu pada rumah.

Pulang – Aizeindra

Ramadan Sepuluh Tahun Lalu – Mazmo

Ramadhan untuk Alif – Zaraharwieny

Tema berikutnya adalah mengenai hidayah. Seberapa banyak dari kita yang mendapat hidayah di bulan Ramadan? Tokoh dalam cerita-cerita berikut ini juga mengalami hal yang sama, lho. You are not alone. :))

Sinar Penyelamatku – Daisynta

Pencuri Bulan Ramadhan – Kiantiazizah

Kusyuk – Silvanmarss

Menjalani Ramadan tanpa orang-orang kesayangan? Kalau iya, artinya nasibmu sama dengan tokoh rekaan mereka:

Kenangan – Jungcookie

Ramadhan di Negeri Orang – Glowinggrant

Oh, bahkan Ramadan yang di satu sisi merupakan sebuah perayaan, juga menyimpan kesedihan bernama kehilangan. Telusuri apa yang hilang dari mereka di cerita-cerita berikut:

Pulang – Phelinafelim

TeguranMu – Ria_Indria08

Tik Tik Tik – Sofwan

Kemudian, pada akhirnya, yang kita inginkan adalah bahagia. Tawa. Seperti perasaan yang dibawa oleh cerita ini. Catatan: baca cerita-cerita berikut bersama seseorang, supaya kalian tidak dipandang aneh karena senyum-senyum sendiri. :))

THR – Amaniaghina

Tehku, Kak – Fahasyatta

*

Meskipun #1435Karakter bertema Ramadan tetapi nilai-nilai yang disampaikan cerita-cerita yang ada, berlaku setiap saat. Sepanjang tahun. Dengan kata lain, kita bisa mengalami kehilangan, hidayah, tawa atau bahkan kepulangan kapan saja. Sehingga kumpulan cerpen #1435Karakter ini bisa kita nikmati kapan saja. Tidak perlu menunggu saat-saat tertentu. Atau kalau mau, ketika memerlukan saran, boleh juga kita buka kumcer ini dan berhenti di halaman acak. Barangkali di cerita tersebut tersembunyi jawaban atas permasalahan-permasalahan.

Secara keseluruhan, meski masih ada beberapa typo, kesalahan EYD, cerita yang tidak sesuai tema (Ramadan/Lebaran), dsb, tetapi cerita-cerita dalam Kumpulan Cerpen #1435Karakter ini sangat bisa dinikmati. Dan sebagai salah satu yang ceritanya terpilih, tentu saya wajib mengucapkan terima kasih kepada Thumbstory atas proyek ini.

So, jangan ragu buka link-nya dan baca e-book ini. Kepada Thumbstory, ditunggu proyek menulis lainnya. Kepada kamu kamu kamu, sampai jumpa di proyek menulis Thumbstory berikutnya, dan semoga kita berjodoh dalam e-book yang lain. \m/

***

[Flash Fiction] Someone Like You

Malam ketiga. Gigil kesekian. Julian tak henti mencangkuli tanah di hadapannya. Setiap kali secuil bagian peti terlihat, semangatnya bertambah. Gigilnya mereda. Berganti senyum yang mencerahkan wajah. Menyaingi bulan di atas sana.

“Tidak ada embusan hangat dari hidungnya. Tidak ada embusan hangat dari hidungnya. Tidak ada embusan hangat dari hidungnya.” Julian melompat ke luar lubang galiannya. Mengulang-ulang ucapannya.

Malam berikutnya. “Bulu matanya tak serupa deretan bambu air. Bulu matanya tak serupa deretan bambu air. Bulu matanya tak serupa deretan bambu air.”

Julian menutup kembali galiannya lalu pergi dengan gigil di seluruh tubuhnya.

Malam berikutnya, “Jemarinya tak lentik dan kukunya tak sama panjang. Jemarinya tak lentik dan kukunya tak sama panjang. Jemarinya tak lentik dan kukunya tak sama panjang.”

Ia melompat keluar lubang galian dengan gusar. Sambil berjalan cepat dengan kepal tangan yang mengeras, air matanya menderas. “Tak ada, Sayang. Tak ada yang seperti kamu. Harus kugali berapa banyak lagi? Berapa?!”

Di kepala Julian, membayang tubuh kaku kekasihnya di ruang bawah tanah, menunggu bulu mata, jemari serta kuku masa mudanya dulu.

***