Ketika ingin menulis cerita tetapi merasa tidak mempunyai ide (cerita) yang oke–padahal ide ada di mana-mana–kita bisa mulai dengan merumuskan tokoh. Kenapa merumuskan tokoh? Salah satunya, adalah karena dalam tokoh yang ingin dirumuskan, sudah ada konflik yang terkandung dan bisa dikembangkan menjadi cerita. Tinggal ajukan pertanyaan ‘apa’, ‘kenapa’, ‘bagaimana’, dan sebagainya.
Misal kita merasa bahwa kebanyakan tokoh cerita novel yang terkenal digambarkan sebagai orang yang tampan, kaya, romantis. Lalu kita ingin merumuskan tokoh yang sebaliknya. Tidak tampan, tidak kaya, tidak tahu bagaimana caranya membuat perempuan tersipu. Halah. Mulailah ajukan pertanyaan, kenapa A tidak tampan? Apa karena kedua orangtuanya tidak tampan? Atau sebenarnya ia tampan tetapi pernah mengalami kecelakaan yang berakibat pada kerusakan wajahnya? Wajah bagian mana? Atau, bisa jadi kedua orangtuanya tampan, tetapi ayah yang selama ini mengasuhnya bukanlah ayah kandungnya–if you know what I mean, dan wajah tidak tampan itu adalah warisan dari si ayah kandung.
Dengan menggunakan satu kata tanya ‘apa’, tokoh kita sudah punya banyak hal yang bisa jadi konflik cerita. Silakan kembangkan dengan mengajukan pertanyaan ‘kenapa’.
Terkait dengan merumuskan tokoh, kita juga bisa memulai dengan membuat nama. Asal saja, pada awalnya. Lalu, seperti kata Arswendo, nama tertentu akan memberi kemungkinan suasana dan latar belakang masing-masing. Setelah membuat nama, silakan dikhayalkan. Nama seperti itu membuat kita merasakan suasana seperti apa (Eh, ini mirip dengan cara ketiga menulis puisi. ^^). Setelah menemukan suasana yang dirasa pas, mulai lagi dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan untuk mengembangkan cerita.
*
Jadi gini, beberapa hari yang lalu, saya iseng mengadakan kuis bertagar #KuisDadakan di Twitter. Kuis tersebut adalah kuis membuat nama panjang tokoh. Saya menemukan sebuah kata menarik untuk dijadikan nama tokoh: KONA. Dari nama (pendek) Kona tersebut, saya mengajak peserta untuk ramai-ramai membuat nama lengkap si tokoh plus ciri khas tokoh tersebut. Berikut ini adalah jawaban-jawaban yang masuk plus komentar (sok tahu) saya. π
Ide memadukan dua asal negara ke dalam nama, adalah ide brilian. Tetapi untuk kasus Konani Rahardi ini perpaduannya agak kurang halus. Nama depan dan nama belakang terdengar bertolak belakang, semacam Pervert Bersahaja.. π
Lakona Baswara, bagus. Bagi saya, agar terdengar lebih sejalan, barangkali ‘sangat cinta kebersihan’ lebih baik diganti dengan ‘disiplin’. Disiplin lebih masuk akal dan sesuai dengan ambisinya untuk selalu jadi nomor satu.
Untuk nama se-ndeso Markonah Rohman (oke, sorry. ^^), agak kurang bisa saya terima apabila ia memiliki keinginan untuk mengganti nama hanya karena membaca komik. Akan menjadi masuk akal kalau ada keterangan tambahan bahwa ia orang desa yang mendadak hidup di kota besar dan malu dengan nama yang ndeso itu.
Di telinga saya, nama Silvakona Praedevi lebih terdengar maskulin, pemberani, kurang lembut/girly. Mmm.. Barangkali masalahnya ada di telinga saya. Ehehe..
Ada juga beberapa nama yang diajukan di atas dalam rangka iseng dan main-main, tetapi tidak ada larangan untuk benar-benar menggunakannya dalam cerita, kan? :))
Juri #KuisDadakan lalu memilih dua orang sebagai pemenang, yaitu Aryakona Kalyan (milik @Kim_Irfanovic) dan Konaroh (milik @BeningZa).
(Nama) Aryakona Kalyan ini otomatis membuat saya membayangkan dunia persilatan. Ahaha.. Jadi, Kona ini menjalani semacam latihan silat di pegunungan sana, tempat para master silat bermukim (sesuai dengan deskripsi Kona yang gagah dan tegas). Latar belakangnya sampai latihan silat hingga jauh? Klasik, putus cinta. Lalu setelah selesai menjalani latihan dalam jangka waktu yang cukup lama, ia masih kagok dengan dunia nyata (dunia nyata, omg). Belum bisa menyesuaikan diri sehingga ia kesulitan menemukan teman (sesuai dengan deskripsi Kona yang katanya kesepian).
(Nama) Konaroh, tak perlu dijelaskan, ya. Dari namanya sudah terbayang suasana masyarakat kelas (menengah ke) bawah. Hal ini semakin diperkuat dengan deskripsi yang diberikan. Janda, penjual nasi pecel di sudut pasar rakyat, menjadi tulang punggung tiga anak yang masih kecil. Pas.
Sebenarnya saya suka nama Semi Ikonanda, tetapi deskripsi nama ‘pemilik kebun bunga terbesar di negaranya’ bagi saya akan menjadi lebih bagus bila ditambahkan ‘warisan dari orangtuanya’. Karena menurut suasana yang saya dapat ketika mendengar nama ini, usia Semi Ikonanda masih sangatlah muda sehingga tidak mungkin dia bisa menjadi pemilik kebun bunga terbesar kalau bukan dari warisan.
Dari nama-nama tersebut sudah tersirat cerita yang bisa dikembangkan menjadi cerpen atau novel, kan? π
*
Ngomong-ngomong soal nama tokoh, mungkinkah seorang tukang koran mempunyai nama Gerald? Ataukah seorang tukang koran sebaiknya bernama Gimin? Tidak masalah, ya bila kamu memberi pekerjaan tukang koran kepada nama Gerald yang kamu tentukan. Justru keputusan itu bisa jadi bahan untuk membuat cerita yang berbeda. Mulailah ajukan pertanyaan-pertanyaan.
*
Terakhir, dari banyaknya alternatif nama yang muncul dari (satu) kata Kona, ternyata membuat nama panjang (tokoh) tidaklah terlalu sulit, ya? *brb bikin nama buat anak kelak* Ehe he he..
***
Reblogged this on coretan kami and commented:
Nama tokoh beserta karakternya (ternyata) dapat memancing ide π
Banget!. :))
Menginspirasi ka π