Ode untuk Bacaan Terpilih Tahun 2018

 

Ini tahun ketiga saya bikin daftar bacaan pilihan. Semuanya diambil dari catatan Goodreads selama 2018, dengan tahun terbit buku yang bervariasi. Secara umum, target baca saya terpenuhi meski sempat tertatih di waktu-waktu tertentu karena kesibukan lain. Lebih dari empat puluh buku, lebih dari empat belas ribu halaman, dan rata-rata penilaian empat bintang. Tidak buruk-buruk amat. Dan setelah saya lihat lagi semua buku itu, banyak sekali buku bagus yang saya baca tahun ini. Memilih sembilan di antaranya sungguh pekerjaan yang sulit.

Sebelumnya, kalian bisa baca rekomendasi bacaan saya untuk tahun 2016 dan 2017 di tautan berikut:

Bacaan pilihan 2016.
Bacaan pilihan 2017.

Seperti biasa, untuk bisa relate dengan pilihan saya, ada baiknya kalian mengetahui sekilas mengenai selera bacaan saya. Coba cek buku dengan rating lima bintang yang tercatat di akun Goodreads saya.

Bagaimana? Apakah selera bacaan kita sama? 😀 Nah, saatnya melihat sembilan rekomendasi saya berikutnya, diurutkan berdasarkan  yang lebih dulu saya baca. Semoga bisa jadi petimbangan untuk kalian baca di tahun 2019.

1. Rumah Perawan – Yasunari Kawabata
Ode untuk masa muda. Sebuah monolog yang intim soal hidup.  Yasunari Kawabata adalah salah satu definisi keindahan jalinan kalimat. Untuk edisi Indonesia saya harus berterima kasih kepada penerjemahnya, Asrul Sani (diterbitkan oleh KPG).

2. Sihir Perempuan – Intan Paramaditha
Ode untuk para perempuan. Salah satu kumpulan cerpen terbaik versi saya. Perpaduan yang apik antara perempuan dan kengerian. Tidak ada kata terlambat untuk membaca karya yang pertama kali diterbitkan pada tahun 2005 ini.

“Bagaimanapun juga, gundik boleh seribu, tapi ratu hanya ada satu.” -hal. 29

3. Orang-Orang Bloomington – Budi Darma
Ode untuk pemerhati. Lihat sekelilingmu dan latih imajinasi dari sana. Secara lebih mendalam, kumpulan cerpen ini menyajikan isi kepala manusia apa adanya. Pikiran tidak selalu positif, tak apa. Kesal, kecewa, rencana jahat, sedih, pesimistis. Semua adalah hal yang wajar ada di kepala manusia. Tak apa.

4. Ibu Susu – Rio Johan
Ode untuk sejarah. Novel ini menunjukkan bagaimana kekuatan riset bekerja. Selain riset untuk cerita berlatar Mesir, riset juga dilakukan terhadap KBBI. Coba catat, berapa banyak kata baru yang (akan) kalian temukan di novel ini. Dan semua kata baru tersebut bisa padu dengan nuansa cerita. Lebih salut lagi, novel ini berhasil memenangkan Kusala Sastra Khatulistiwa Tahun 2018 kategori karya pertama dan kedua. Selamat!

5. The Reader – Bernhard Schlink
Ode untuk yang bimbang. Bagaimana bila orang yang kaucintai terlibat dalam suatu kejahatan kemanusiaan?

“Ketika aku mencoba memahami, aku merasa gagal untuk mengutuknya sebagaimana perbuatan itu seharusnya dikutuk. Ketika aku mengutuknya sebagaimana harus mengutuknya, tidak ada lagi ruang untuk memahami. … Aku ingin mengambil sikap di antara kedua tugas: memahami dan mengutuk. Tapi mustahil untuk melakukan keduanya.” hal. 164

Permisi, maaf, siapa nih yang lagi ngiris bawang? :'((

6. Laut Bercerita – Leila S. Chudori
Ode untuk aksi Kamisan. Sebuah melankolia yang ‘indah’ tentang aktivis 1998 yang disekap.

“Mereka sengaja membiarkan kami bernapas dalam rasa takut dan setiap menit hanya memikirkan kekejian apa lagi yang akan terjadi.” hal. 147

7. Kambing & Hujan: Sebuah Roman – Mahfud Ikhwan
Ode untuk perbedaan. Di lingkup ‘kecil’ perbedaan itu bernama Masjid Selatan dan Masjid Utara, tapi di lingkup yang lebih besar ada ras, gaya hidup, penghasilan, sikap politik, dan seterusnya. Di novel ini kita bisa melihat bagaimana perbedaan diperjuangkan untuk menjadi keselarasan. Bukan hanya menjurus ke konflik dua tokoh utamanya, tapi juga di kehidupan mereka sehari-hari. Berbeda, damai, dan berdampingan bukan sesuatu yang sulit, semestinya.

8. The Red-Haired Woman – Orhan Pamuk
Ode untuk rasa bersalah. Kalau mau tahu rasanya hidup dengan membawa-bawa rasa bersalah, dengarkanlah cerita Orhan Pamuk. Bikin patah hati.

9. Wajah Buruk Cinta (Ugly Love) – Colleen Hoover
Ode untuk cinta dan gairah. Wajah Buruk Cinta adalah Fifty Shades series dengan plot dan alur yang masuk akal dengan makna yang lebih mendalam. Kalau kalian cuma perlu adegan panas, Fifty Shades bisa jadi pilihan. Tapi kalau kalian mau baca cerita bagus dan menyentuh, plus bonus adegan penuh cinta dan gairah, bacalah Wajah Buruk Cinta. Colleen Hoover junjunganku. ❤

*

Ayo, bagikan rekomendasi bacaan kalian untuk saya baca di tahun 2019. Saya tunggu di kolom komentar, ya.

Temukan Alasan Hakiki Perjalananmu

Traveling sudah bukan lagi hal yang tabu tabu amat karena semakin lama semakin banyak pilihan perjalanan yang hemat biaya, hemat waktu, dan atau hemat tenaga. Bagi yang mau hemat biaya bisa bergabung dalam opentrip, yang mau hemat waktu bisa memanfaatkan weekend getaway, dan bagi yang mau hemat tenaga bisa memilih staycation di lokasi wisata tertentu. Dengan semakin mudahnya traveling, kebutuhan pokok manusia pun seolah-olah bertambah dari hanya sandang-pangan-papan menjadi sandang-pangan-papan-pesiar. Yang terakhir biasanya bertujuan untuk *uhuk* mengamankan stok foto sebagai konten Instagram.

Tetapi di sisi lain, kemudahan traveling juga bisa menyebabkan seseorang tidak berpikir banyak mengenai alasan hakiki mereka bepergian. Dalam artian, apabila seseorang memiliki sumber daya yang cukup maka kemungkinan besar traveling tersebut akan terjadi, bahkan kerap. Sebaliknya, apabila seseorang tidak memiliki keleluasaan sumber daya alias anggaran terbatas, akan berpikir lebih matang mengenai, misal, seberapa penting perjalanan/tempat/event yang hendak dituju atau mana yang harus didahulukan.

Omong-omong soal alasan traveling, berikut saya rangkumkan beberapa alasan serta istilah unik yang mewakili alasan tersebut, dan rasa-rasanya bisa menggambarkan sisi traveler dalam diri kita.

1. Solivagant: yang penting sendiri

“Some journeys in life can only be traveled alone.”
–Ken Poirot

 
 sumber foto

2. Fernweh: yang penting jauh

“Once a year, go someplace you’ve never been before.”
— Dalai Lama


sumber foto

3. Gadabout: yang penting hepi

“You are the one that possesses the keys to your being. You carry the passport to your own happiness.”
–Diane von Furstenberg

 
sumber foto

4. Eleutheromania: yang penting bebas

“Instead of wondering when your next vacation is, maybe you should set up a life you don’t need to escape from.”
— Seth Godin


sumber foto

5. Drapetomani: yang penting melarikan diri

“When we run away from something, we’re usually running away from ourselves.”
— Anthony T. Hincks


sumber foto

6. Livsnjutare: yang penting ekstrim

“Avoiding danger is no safer in the long run than outright exposure. The fearful are caught as often as the bold.”
Helen Keller


sumber foto

7. Photophile: yang penting foto-foto

“My life is shaped by the urgent need to wander and observe, and my camera is my passport.”
— Steve McCurry


sumber foto

8. Saudade: yang penting nostalgia

“Own only what you can always carry with you: know languages, know countries, know people. Let your memory be your travel bag.”
— Alexander Solzhenitsyn


sumber foto

9. Novaturient: yang penting berubah

“Pack your bags and move cities and countries. Nothing will enrich you than travel does.”
–Nikita Dudani


Sumber foto

Setelah mengetahui semua istilah di atas, coba jawab pertanyaan hakiki berikut, “Kamu tipe traveler yang mana?” Kaitkan dengan perjalanan terakhir yang kamu lakukan, ya.

***

Properti Foto yang Wajib Dimiliki #Bookstagrammer Pemula

Awal-awal aktif di Instagram (IG) saya pernah iseng menelusuri tagar terkait buku seperti #bookquotes, #bookish, #booklovers, #igbooks hingga akhirnya nyasar ke tagar #bookstagram dan #bookphotography. Sebagai anak baru di dunia bookstagram, reaksi spontan saya adalah, “Kok keren-keren! MAU BIKIN YANG BEGITU JUGA!”

Tapi berhubung saya minim bakat di bidang fotografi, maka saya memperhatikan hal-hal lain selain teknis pengambilan gambar. Yang menarik perhatian saya, dan terasa lebih mudah diaplikasikan adalah penggunaan properti. Melihat #bookphotography di akun-akun Instagram buku, saya seperti baru sadar kalau ada yang namanya bunga, mini figure berbagai tokoh, kotak berbagai ukuran, lampu-lampu lucu, bahkan ranting pohon! Ke mana saya saja selama ini? Hvft~

Nah, berdasarkan hasil pengamatan saya terhadap akun-akun bookstagram, berikut ini aksesori/properti sederhana yang banyak banget dipakai. Rasanya ini bisa dicontoh oleh bookstagrammer pemula. x))

1. Bunga. Siapa yang bisa menyangkal keindahan bunga? Apalagi sejak dahulu, bunga itu identik sebagai sesuatu yang digunakan untuk mempercantik (apa saja). Bahkan satu tangkai bunga bisa membuat perbedaan yang besar. Semakin cocok lagi apabila buku yang difoto menggunakan properti ini adalah yang bergenre roman. Pas!

040  054 

2. Kacamata. Memadukan buku (yang kemudian menginspirasi dibuatnya akun IG khusus buku) dan kacamata adalah tindakan yang tepat. Kacamata mampu menimbulkan kesan nerd dalam sekejap. So, jangan lupa tambahkan tagar #booknerd di foto bukumu yang menyertakan properti ini, ya.

057 059 055

3. Secangkir Kopi. Saya rasa ini berkaitan sangat erat dengan budaya ngopi dan atau nongkrong (di warung kopi) yang tumbuh pesat belakangan ini. Ngopi/nongkrong memberi kesan santai sehingga ketika buku yang topiknya cukup berat dipadu dengan secangkir kopi, kening penikmat foto-foto kalian nggak akan berkerut.

039 037 038

4. Kudapan. Mulai dari semangkuk buah sampai biskuit yang masih terbungkus rapi, asalkan bisa memberi nilai tambah pada foto, silakan. Kalau saya pribadi, nggak bisa baca sambil makan jadi kalau ada kudapan di foto buku saya maka itu tak lebih dari sekadar properti foto. :))

052 064 069

5. Alat tulis.  Rasa-rasanya ini properti yang paling sederhana juga standar tapi jangan-jangan itu juga yang jadi pertimbangan utama penggunaannya. Mudah ditemukan. Meski begitu, penggunaannya di banyak foto sangatlah berhasil.

060 063 056

6. Lampu hias LED. Penggunaan lampu hias LED mampu memberi kesan hangat dan elegan. Tapi rasanya butuh usaha lebih, ya. Hmm.

061 048 053

7. Alas bermotif. Ini adalah satu cara meningkatkan tampilan foto yang bisa dikatakan effortless.  Selain bunga, properti ini adalah favorit saya juga. Cukup dengan satu motif tertentu dan foto pun jadi nggak monoton. Tapi hati-hati, jangan sampai perpaduan alas bermotif dengan sampul buku terkesan nabrak.

041  062

8. Binatang peliharaan. Menjadikan anjing atau kucing sebagai model foto pastinya susah-susah gampang. PR utamanya adalah bikin mereka mau anteng. Setiap lihat foto buku yang melibatkan (model) binatang peliharaan, reaksi pertama saya sudah pasti tersenyum! Gemas!

034 058 050

9. Aksesori lainnya. Lilin aromaterapi, seringnya yang berwarna-warni. Mini figure atau merchandise resmi buku bersangkutan. Kamera, selain karena alasan estetika bisa jadi karena bookstagrammer tersebut suka fotografi atau malah ‘merangkap’ sebagai traveler? Hmm. Produk tertentu, bisa untuk sekadar properti atau bisa juga karena sengaja promosi. Nggak masalah, bookstagrammer mah bebasss. :))

070 035 033 

049 068 067

Yess, itu tadi hasil pengamatan saya terhadap fenomena bookstagrammer. Di antara kalian, adakah yang punya akun IG khusus buku? Coba kasih tahu akun IG kalian. Saya mau berkunjung. :))

***