Sekelumit Cerita Tentang Kamu

Sembilan tahun yang lalu aku memasuki sebuah kota. Suasananya serupa pikiranmu. Riuh oleh bunyi kendaraan bermotor. Bangunan tingginya seolah hendak mencakar langit-langit kepalamu. Liuk sungai lebih rumit daripada labirin. Pohon rindang yang sering gagal meredam panas, tak bisa buat berteduh. Aku memasuki pikiranmu yang kusut lagi kacau.

Sembilan tahun yang lalu aku memasuki sebuah kota. Suasananya serupa ronamu. Penuh polusi masa lalu. Banyak sudut yang menyimpan kenangan demi kenangan, matamu kerap menatap kosong ke arahnya. Musim hujan datang lebih cepat dan lebih sering, berhulu di matamu, aku tahu. Isakan-isakan pelan yang coba kausembunyikan tapi gagal. Telingaku rangkap. Aku memasuki ronamu yang kacau lagi pilu.

Sembilan tahun yang lalu aku memasuki sebuah kota. Suasananya serupa perasaanmu. Suram seperti langit yang digantungi awan mendung. Dingin seperti hawa yang menusuk-nusuk tulang, tubuhmu beku. Marah seperti beliung yang menerbangkan mimpi-mimpi tak berujung. Aku memasuki perasaanmu yang pilu lagi sendu.

Sembilan tahun lalu aku memasuki sebuah kota. Dari salah satu sudutnya aku mendekati bayanganmu. Naik melalui kakimu. Berdiam sebentar di bawah perutmu. Naik lagi ke hatimu. Betah. Sesekali naik dan berdiam di kepalamu.

Sembilan tahun yang lalu aku mulai mengenal kotamu dan sekelumit kamu.

*

image from m.flikie.com

image from m.flikie.com

[#PuisiHore2 – #6 – KOTA]

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s